Ps: yang gak suka baca panjang, maaf! :3
Under the Autumn
By me
Angin
semilir menggoyangkan helaian rambut seseorang di bawah pohon sakura yang
mekar. Aroma harum yang menusuk hingga menggelitik impuls untuk tersenyum.
Kegiatan yang dilakukannya sekarang termasuk dalam daftar favorit dalam
hidupnya.
Gadis
itu memejamkan matanya, menikmati ketentraman hidupnya yang sempat terenggut.
Beralaskan rerumputan hijau yang membentang luas. Kurva kecil pada wajahnya tak
segan-segan mekar lebih indah. Ia menghela napas tenang dan
mengistirahatkan indera penglihatannya sesaat.
Ketenangan
itu hanya bertahan sekejap. Seketika pendengarannya menjadi tajam. Suara yang
tak asing bagi telinganya telah mengusik ketenangannya. Ia terbangun dengan
tergesa-gesa, lalu kekecewaan yang didapatkannya. Mungkin hanya khayalannya
saja.
Ia
merebahkan tubuhnya sebelum suara yang sama samar-samar di telinganya. Kini, ia
mendengus kesal, pasalnya, sang khayalan ─yang dianggapnya─ sudah
mempermainkannya. Ah, sudahlah. Mungkin
aku terlalu lelah, batinnya.
Anggota
tubuh atasnya disandarkan pada batang besar berwarna coklat kemerahan itu.
Meregangkan syaraf-syaraf yang sempat tegang seraya menengadah ke atas. Kelopak
merah muda gugur akibat angin. Ia balik
memejamkan matanya dan membuang pemandangan bunga-bunga jatuh tak terpandang.
Bunga-bunga tadi menjadi media untuk mengantarnya menuju alam mimpi.
Sebelum
ia menggapai ekspetasinya, gadis itu harus menelan pil pahit; suara yang sama kontan
memekakan telinganya. Uh, cukup!
Ia harus mencari dari mana asal suara yang sudah berani-beraninya merusak
jadwal kesenangannya.
Gadis
itu bangkit dari rebahannya penuh emosi. Kepalannya semakin erat serta aura di
sekitarnya menggelap seolah berkata kalau ia siap mencerca dengan ribuan dan
tak segan melayangkan pukulan ke wajah atau bagian vital sekalipun.
Suara
yang semula samar-samar terdengar semakin jernih saat ia berjalan ke sisi pohon
lainnya. Sinar mentari pagi semakin menyengat kulit putihnya. Sepasang iris
cokelat tuanya menangkap sosok pemuda tersorot cahaya yang menelusup dari pohon
sakura yang menaungi mereka.
Alih-alih
melakukan rencana sebelumnya─memaki laki-laki itu karena sudah berani
mengganggu harinya. Tubuhnya mendadak tak merespon, terpaku bersama tanah.
Pandangannya tak lepas dari laki-laki yang mengalunkan nada-nada sangat
familiar baginya: fur ellis.
Gadis
itu terhenyak dan terhempas dalam memori masa lalunya.
Pemuda
tersebut berhenti menggesekan alat musiknya. Ia menghembuskan napas teratur
sebelum terperangah akan pemandangan indah sekaligus tabu baginya.
Gadis
berambut merah muda itu merasakan sesak pada dadanya dan panas di kelopak
matanya, genangan air asin tumpah dengan cepat. Menyusuri hingga membentuk
jejak pada pipi putih nan halus itu.
Ia
harus bersimpuh di tanah akibat kaki jenjangnya tak kuasa menahan beban yang
tiba-tiba bertambah berat tanpa sedikit pun melepas pandangannya. Sunyi
bercampur guguran bunga sakura menguasai kedua insan itu. Tanpa disadari, air
matanya terurai deras dan membasahi parasnya.
Pemuda
itu menghampirinya─lengkap dengan biola di tangannnya. Ia mengacak lembut
puncak helaian merah muda itu. Kemudian, merengkuh gadis itu ke dalam peluknya.
Mengelus punggungnya penuh kasih. Ia merelakan gakuran-nya terbasahi oleh cairan bening tersebut.
Ia merindukan aroma khas yang semerbak dari
parfum gadis musim semi itu. Memabukan, layaknya ekstasi yang menyebabkan candu
untuknya. “Satoshi ... Aku merindukanmu,” kalimat klise itu terlukis jelas pada
gestur gadis di hadapannya. Pemuda yang masih menggenggam biola itu melepas
pelukannya, menelisik seluruh paras pucat nan ayu yang setia menghantui setiap
momentum hidupnya, bibirnya berucap, “Aku juga, Ayano.”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar